Kenali Jenis Waterproofing Berdasarkan Bahan Baku & Penggunaannya

July 18, 2022


Salah satu cara yang digunakan untuk melindungi rumah dari kebocoran dan rembes pada bangunan adalah dengan melakukan
waterproofing. Waterproofing sendiri merupakan proses pengaplikasian bahan pelapis anti bocor pada area-area yang berpotensi terjadi kebocoran seperti dinding, atap beton, toilet, kamar mandi, balkon, basement, dll. Dengan proses waterproofing, bahan pelapis anti bocor akan terserap kedalam pori-pori dinding, atap, atau media lainnya, sehingga mencegah aliran air untuk menembus pada media tersebut.

Waterproofing memang adalah bagian kecil dalam keseluruhan pekerjaan konstruksi, namun jika terjadi kesalahan dalam proses ini maka akan menimbulkan masalah besar kedepannya. Waterproofing juga terdiri dari beberapa jenis tergantung dari bahan baku dan cara pengaplikasiannya, antara lain sebagai berikut.

Waterproofing Coating
Waterproofing coating memiliki tekstur kental dan kenyal. Biasanya, waterproofing jenis ini diaplikasikan pada atap, dinding, sudutan dak beton, kamar mandi, kolam renang, bak penampungan air, dan basement. Cara mengaplikasikannya sangat mudah, yaitu mirip seperti proses pengecatan dengan kuas atau rol. Waterproofing coating terdiri dari tiga macam sesuai bahan bakunya:

Cement base
Waterproofing cement base memiliki tekstur seperti semen dan perlu dicampur dengan air agar bisa digunakan. Bahan ini biasanya digunakan pada area yang lebih kecil berpotensi terjadi crack beton seperti pada toilet atau balkon, namun ada juga yang mampu digunakan di area lebih besar karena memiliki elongasi hingga 300%. Setelah diaplikasikan, waterproofing cement base perlu diproteksi dengan lapisan screed.

Acrylic base
Waterproofing jenis ini memiliki tekstur seperti cat, namun lebih kental, serta membutuhkan air sebagai pengencer. Elongasi pada waterproofing acrylic base jauh lebih baik ketimbang cement base. Sama seperti waterproofing cement base, setelah diaplikasikan, waterproofing ini perlu diproteksi dengan lapisan screed agar tahan terhadap sinar UV.

Solvent base
Sama seperti acrylic base, waterproofing jenis ini memiliki tekstur kental seperti cat, namun membutuhkan thinner sebagai pengencernya. Elongasi pada waterproofing solvent base hingga 600% sehingga ideal digunakan pada objek berskala besar. Beberapa merk waterproofing solvent base masih perlu diproteksi dengan lapisan screed, namun ada juga yang tidak perlu.



Waterproofing Membrane
Tidak seperti waterproofing coating yang teksturnya cair, waterproofing membrane berbentuk lembaran atau gulungan. Ada dua jenis waterproofing membrane berdasarkan bahan penyusunnya, yaitu fiber dan polyester. Sedangkan berdasarkan cara mengaplikasikannya, terdapat dua jenis waterproofing membrane, yaitu torching membrane (dibakar agar dapat menempel dengan baik) dan cold applied membrane (tidak perlu dibakar karena lapisannya bersifat self-adhesive). 

Waterproofing membrane perlu diaplikasikan oleh pekerja profesional karena lebih rumit dan memiliki risiko besar jika terjadi salah pemasangan. Waterproofing ini banyak dipakai pada bangunan berskala besar seperti gedung.

Waterproofing Integral
Waterproofing integral memiliki banyak keunggulan, yaitu tidak mudah retak, lebih keras, dan kedap air. Waterproofing ini sangat hemat penggunaan air dibandingkan waterproofing jenis lainnya, dan perlu dicampur dengan adonan beton untuk digunakan.

Waterproofing Crystallizing
Terakhir adalah waterproofing crytalizing yang dapat diaplikasikan pada permukaan beton maupun dicampur ke dalam adonan beton yang belum dicor. Waterproofing ini memiliki ketahanan yang sangat baik terhadap rembesan air, sehingga cocok diaplikasikan pada dinding atau lantai beton dengan tekanan air tinggi seperti tunnel atau basement. 

Read more:

Mengenal Atap Pelana, Model Atap Klasik dan Abadi