Mengenal Brutalisme, Arsitektur Bergaya ‘Kasar’ Yang Filosofis

August 16, 2022



Brutalisme merupakan sebuah gaya arsitektur yang mungkin bagi sebagian orang terdengar aneh dan jarang ditemui. Gaya arsitektur ini muncul sekitar tahun 1950-an dan dipopulerkan oleh seorang arsitek berkebangsaan Perancis-Swiss bernama Le Corbusier. 

Bangunan bergaya brutalisme sangat mudah dikenali karena identik dengan penggunaan beton sebagai material utama. Bahkan, pada beberapa bangunan dengan desain arsitektur ini, bangunan eksterior tidak diberi finishing sehingga tampak seperti bangunan terbengkalai. Kata ‘brutal’ itu sendiri sebetulnya diambil dari bahasa Perancis ‘beton burt’ yang berarti ‘beton mentah’.

Penggunaan beton sebagai material utama pada bangunan bergaya brutalisme adalah untuk menampilkan kesan kokoh, berat dan apa adanya. 

Perjalanan Brutalisme


arsitek: Spasm Design

Brutalisme lahir pada era baru ‘arsitektur sosialis’ yang dipengaruhi cita-cita Inggris dan negara-negara di Eropa Timur untuk menciptakan bangunan utilitarian berbiaya murah setelah Perang Dunia ke-II. Beton digunakan sebagai material utama karena biayanya murah dan konstruksinya yang cepat. Desain ini kemudian banyak dipakai pada dalam proyek gedung pemerintahan, apartemen dan pusat perbelanjaan.

Gaya arsitektur ini sempat mencicipi masa jayanya pada tahun 1970-an di kota New York, Amerika Serikat. Namun kemudian secara perlahan kehilangan posisinya sebagai gaya arsitektur populer karena dinilai kurang fungsional dan perlu biaya perawatan yang cukup mahal. 

Sempat dianggap sebagai bangunan dengan selera yang buruk, brutalisme kembali bangkit hampir tiga dekade setelah era kemundurannya. Gaya arsitektur  yang tadinya hanya dilihat dari sisi buruknya saja kini justru menjadi kekuatannya. Saat ini banyak bangunan brutalis yang telah dimasukkan ke dalam daftar warisan UNESCO.


 arsitek: Ludwig Godefroy

Karakter bangunan brutalis
Bentuk bangunan brutalis pada umumnya dianggap ‘menyimpang’ dari kaidah bangunan pada umumnya karena aneh dan tidak rapi. Arsitek brutalis memang ingin menonjolkan material utamanya yakni beton, dengan apa adanya tanpa finishing, sehingga struktur kasarnya terlihat sangat alami. 

Meskipun menggunakan beton mentah sebagai material utamanya, beberapa bangunan brutalis karya arsitek-arsitek dunia juga menggunakan beberapa material lain seperti kayu, kaca, atau batu bata untuk mengimbangi bahan beton yang gelap. Salah satu contohnya ada pada karya arsitek Ludwig Godefroy pada gambar diatas yang menggunakan material kayu sebagai penyeimbang. 


arsitek: Steimle Architekten

Menerapkan brutalisme pada hunian anda
Jika anda bosan dengan gaya hunian minimalis yang tampak feminim, anda dapat mencoba gaya brutalisme yang memiliki kesan maskulin ini. Pada bagian eksterior anda dapat memilih cat dinding dengan warna industrial atau biarkan material utamanya menjadi primadona. Namun, jika khawatir akan timbulnya bercak maupun lumut, anda perlu menggunakan cat pelapis anti air sebagai finishing.

Beton mentah merupakan material yang sangat tebal sehingga berpotensi membuat ruangan gelap dan pengap. Untuk menghindari kedua hal ini, ciptakan ruang untuk sirkulasi udara dan cahaya alami dengan membuat ceiling yang tinggi, jendela besar atau void. Sebagai alternatif, anda juga dapat menggunakan roster untuk mengoptimalkan sirkulasi udara tanpa perlu mengorbankan karakter bangunan brutalis.

Bagaimana, tertarik membangun rumah dengan desain brutalis? 

Read more:

Unik & Ikonik, Sejarah ‘Rumah Santorini’ di Desa Oia